Minggu, 13 Oktober 2013

MAKNA IMAN KEPADA MALAIKAT, RASUL, SYAHADAT DAN SALAT

MAKNA IMAN KEPADA MALAIKAT, RASUL, SYAHADAT DAN SALAT 

1. Iman Kepada Malaikat Iman kepada malaikat adalah salah satu Rukun Iman. Secara umum iman kepada malaikat adalah percaya dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa malaikat Allah SWT benar-benar ada. Keberadaan malaikat bersifat gaib, artinya tidak dapat dilihat oleh mata, tetapi keberadaannya dapat diketahui dan dipahami, seperti adanya wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul. Para nabi dan rasul tersebut menerima wahyu melalui perantara malaikat Allah SWT. Iman kepada malaikat adalah Rukun Iman yang ke-2. Rukun Iman yang jumlahnya ada 6 merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, juga tidak dapat dipilih-pilih. Sehingga tidak disebut orang beriman jika tidak meyakini salah satu dari Rukun Iman tsb. Menurut ilmu syaththariah beriman kepada malaikat yakni mempercayai adanya malaikat dengan mengikuti jejak para malaikat yang dengan rela sujud dan ta’at sepenuhnya kepada Allah. Jadi, iman kepada malaikat bukan sebatas percaya adanya malaikat sebagai makhluk Allah, melainkan mengikuti jejak para malaikat dalam beribadah kepada-Nya.

2. Iman Kepada Rasul Secara umum beriman kepada rasul-rasul Allah maksudnya adalah membenarkan dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah mengutus pada tiap-tiap umat, seorang rasul yang mengajak umatnya menyembah Allah semata dan mengingkari sesembahan selain-Nya sebagaimana firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul pada tiap-tiap umat (yang menyerukan)” (QS. An-Nahl: 36). Dalam ilmu syaththariyah iman kepada rasul yakni percaya bahwa rasul berada di tengah-tengah umatnya baik pada masa sekarang dan masa yang akan datang untuk menjadi saksi atas keimanan umat manusia.

3. Pengertian Syahadat Syahadat sering disebut dengan Syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat yakni “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad saw adalah Rasul/utusan Allah”. Kalimat pertama menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai satu-satunya Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allâh sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup. Kalimat kedua menunjukkan pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allâh. Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allâh seperti yang disampaikan melalui Muhammad saw, seperti meyakini sunnah nabi Muhammad saw. Termasuk di dalamnya adalah tidak mempercayai klaim kerasulan setelah Muhammad saw. Menurut ilmu syaththariyah syahadat merupakan kesaksian yang melekat di hati karena terbukanya mata hati dengan ilmu tentang Allah. Namun, karena Allah Maha Gaib, kita tidak dapat menyaksikan-Nya secara langsung. Kerena itu kita juga bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah, melalui nabi Muhammad lah kita dapat bersaksi tiada Tuhan selain Allah. Setelah nabi Muhammad wafat, ada pengganti-pengganti nabi atas izin dan kehendak Allah untuk meneruskan tugas dan fungsi kerasulannya. 

4. Pengertian Salat Arti shalat menurut istilah syara’ ialah rangkaian kata dan perbuatan yang telah ditentukan, dimulai dengan membaca takbir dan diakhiri dengan salam. Disebutkan demikian karena mencakup arti shalat secara bahasa, yaitu “doa”. Shalat hukumnya fardhu ain. Ada lima waktu shalat dalam sehari semalam, hal itu merupakan perkara agama yang harus diketahui. Kafir hukumnya bagi orang yang mengingkarinya. Praktik shalat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, Shalatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya. (HR Bukhari-Muslim). Dalam ilmu syaththariyah salat bukan hanya melakukan gerakan dan membaca bacaan yang ditentukan, tetapi juga disertai dengan keyakinan yang kuat mengingat-ingat dan menghayati Ada dan Wujud Zat Allah yang sangat dekat dalam rasa hati. Salat yang khusu dan ikhlas yaitu dengan menghadirkan rasa hati yang dapat merasakan nikmatnya dan indahnya mengingat-ingat dan menghayati Diri Ilahi, dan apabila tidak begitu, maka salatnya justru dikatakan sahun (sia-sia).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar